DAN MIMPI ADALAH JUGA PROSES
“Dunia
orang buta pada sentuhannya, dunia orang bodoh ditandai dengan
keterbatasan pengetahuannya, dunia orang besar tak terhalang oleh
keterbatasan pandangannya”
(E. Paul Hovey)
-Satu kata buat orang pandai sudah cukup-
Mungkin
aku tak cukup pandai. Tapi aku butuh proses untuk menjadi pandai. Aku
butuh proses untuk menjadi bisa dan pula terbiasa. Bukankah hidup itu
proses?
Di usia empat belas tahun, aku sempat memiliki cita-cita menjadi pelukis, mimpiku menjadi seorang pelukis alam dengan karya-karya yang luar biasa. Pelajaran seni rupa adalah pelajaran yang sangat aku tunggu-tunggu saat itu. Padahal aku menyadari aku tak punya bakat sama sekali dalam lukis melukis. Lalu aku mencoba mengirim “karyaku”, sebuah “gambar” sederhana karya anak Sekolah Menengah Pertama. Dan tak menyangka lolos seleksi, dan dimuat di sebuah majalah anak, dengan honor saat itu hanya lima ribu rupiah. Ini senang yang tiada terkira. Dream come true.
Menginjak usia remaja , haluan mimpi berubah ingin menjadi seorang “penulis”. Aku mulai suka menulis puisi-puisi cinta gaya anak remaja yang dimabuk asmara. Mimpi saat itu ketika usiaku menginjak tujuh belas tahun yaitu ingin menerbitkan karya tulisku. Wah ini bak mimpi di siang bolong. Itu paradigma yang berada di kepalaku saat itu.
Aku hanya bisa terus menulis lalu menulis dan menulis setiap apa yang aku rasakan saat itu. Masih saja aku ingin menerbitkan buku karya sendiri. Aku sangat mengagumi para penulis yang memiliki wawasan dan imajinasi yang luas bak cakrawala. Dan mimpi itu masih ada sampai saat ini. Ingin seperti mereka, menjadi seorang penulis yang handal , yang mampu memberikan manfaat bagi khalayak banyak. Setidaknya , “minimal” sebuah buku “antologi” bisa aku capai.
Jalan yang pertama kali aku tempuh adalah mencari penerbit yang mau menerbitkan karya tulisku. Percaya diriku tak pernah kunjung tiba. Apalagi saat aku perlihatkan tulisanku pada teman, tulisanku masih banyak kekurangan.
Tapi tak cukup sampai disana. Aku mencoba mengikuti beberapa “lomba menulis” dengan harapan tulisanku bisa dimuat di buku atau semacamnya. Percaya diriku masih terasa minim sekali. Satu kompetisi “gagal”, lalu kali keduanya pun sama, “gagal”. Dan akhirnya , dalam satu kompetisi menulis, aku hanya masuk enam puluh besar. Dan salah satu pencapaian pencapaian mimpi terealisasi. Bersyukur dengan mampu menyingkirkan 200 naskah yang masuk ke panitia. Dan al hasil karya tulisku dibukukan bersama para finalis lain.
Mungkin ini hanya mimpi biasa-biasa untuk orang lain, dan bahkan untuk penulis handal yang telah menerbitkan lebih dari satu buku. Tapi bagiku ini adalah mimpi luar biasa. Kesuksesan kecil ini bisa berbuah kesuksesan besar. Itu satu “keyakinan” yang aku tancapkan dalam jiwa yang menggebu.
“Kesempatan
yang kecil seringkali merupakan awal dari usaha yang besar”
(Demosthenes) . Boleh jadi ini hanya kesempatan kecil. Tapi barangkali
esok atau lusa ini adalah proses dari usaha besar , menuju kesusksesan
besar pula.
Mimpi yang indah ini ingin aku persembahkan untuk ibunda tercinta yang senantiasa menjadikanku seorang “evokator” (penggugah rasa) dan seorang motivator dalam ber-proses- menuju arah hidup terbaik.
“Aku
Pasti Bisa- jika Aku Berfikir BISA” Insya Allah atas izin Allah
mimpi-mimpi hasil dari perpaduan mimpi-mimpi kecilku, akan mengejawantah
menjadi mimpi besar dalam hidupku. “Inna Amruhu Idza Arooda syai’an,
ayyaquulalahu KUN FAYAKUN”.( Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia
menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka
terjadilah ia). Aku tak boleh “mati” sebelum “mati”.
Ditulis oleh Lurihand@yahoo.com (Selasa, 10 Juli 2012 00:12 )
Sumber :
http://www.okisetianadewi.co.id/id/artikel/dari-sosd/124-bermimpilah-memeluk-bulan-sekalipun
http://www.okisetianadewi.co.id/id/artikel/dari-sosd/124-bermimpilah-memeluk-bulan-sekalipun