Minggu, 04 November 2012

Bermimpilah ! Memeluk Bulan Sekalipun

DAN MIMPI ADALAH JUGA PROSES
“Dunia orang buta pada sentuhannya, dunia orang bodoh ditandai dengan keterbatasan pengetahuannya, dunia orang besar tak terhalang oleh keterbatasan pandangannya”
(E. Paul Hovey)
-Satu kata buat orang pandai sudah cukup-
Mungkin aku tak cukup pandai. Tapi aku butuh proses untuk menjadi pandai. Aku butuh proses untuk menjadi bisa dan pula terbiasa. Bukankah hidup itu proses?

 Di usia empat belas tahun, aku sempat memiliki cita-cita menjadi pelukis, mimpiku menjadi seorang pelukis alam dengan karya-karya yang luar biasa. Pelajaran seni rupa adalah pelajaran yang sangat aku tunggu-tunggu saat itu. Padahal aku menyadari aku tak punya bakat sama sekali dalam lukis melukis. Lalu aku mencoba mengirim “karyaku”, sebuah “gambar” sederhana karya anak Sekolah Menengah Pertama. Dan tak menyangka lolos seleksi, dan dimuat di sebuah majalah anak, dengan honor saat itu hanya lima ribu rupiah. Ini senang yang tiada terkira. Dream come true. 

Menginjak usia remaja , haluan mimpi berubah ingin menjadi seorang “penulis”. Aku mulai suka menulis puisi-puisi cinta gaya anak remaja yang dimabuk asmara. Mimpi saat itu ketika usiaku menginjak tujuh belas tahun yaitu ingin menerbitkan karya tulisku. Wah ini bak mimpi di siang bolong. Itu paradigma yang berada di kepalaku saat itu.

Aku hanya bisa terus menulis lalu menulis dan menulis setiap apa yang aku rasakan saat itu. Masih saja aku ingin menerbitkan buku karya sendiri. Aku sangat mengagumi para penulis yang memiliki wawasan dan imajinasi yang luas bak cakrawala. Dan mimpi itu masih ada sampai saat ini. Ingin seperti mereka, menjadi seorang penulis yang handal , yang mampu memberikan manfaat bagi khalayak banyak. Setidaknya , “minimal” sebuah buku “antologi” bisa aku capai. 

 Jalan yang pertama kali aku tempuh adalah mencari penerbit yang mau menerbitkan karya tulisku. Percaya diriku tak pernah kunjung tiba. Apalagi saat aku perlihatkan tulisanku pada teman, tulisanku masih banyak kekurangan.

Tapi tak cukup sampai disana. Aku mencoba mengikuti beberapa “lomba menulis” dengan harapan tulisanku bisa dimuat di buku atau semacamnya. Percaya diriku masih terasa minim sekali. Satu kompetisi “gagal”, lalu kali keduanya pun sama, “gagal”. Dan akhirnya , dalam satu kompetisi menulis, aku hanya masuk enam puluh besar. Dan salah satu  pencapaian pencapaian mimpi terealisasi.  Bersyukur dengan mampu menyingkirkan 200 naskah yang masuk ke panitia. Dan al hasil karya tulisku dibukukan bersama para finalis lain. 

Mungkin ini hanya mimpi biasa-biasa untuk orang lain, dan bahkan untuk penulis handal yang telah menerbitkan lebih dari satu buku. Tapi bagiku ini adalah mimpi luar biasa. Kesuksesan kecil ini bisa berbuah kesuksesan besar. Itu satu “keyakinan” yang aku tancapkan dalam jiwa yang menggebu.
“Kesempatan yang kecil seringkali merupakan awal dari usaha yang besar” (Demosthenes) . Boleh jadi ini hanya kesempatan kecil. Tapi barangkali esok atau lusa ini adalah proses dari usaha besar , menuju kesusksesan besar pula.

Mimpi yang indah ini ingin aku persembahkan untuk ibunda tercinta yang senantiasa menjadikanku seorang “evokator” (penggugah rasa) dan seorang motivator dalam ber-proses- menuju arah hidup terbaik.
“Aku Pasti Bisa- jika Aku Berfikir BISA” Insya Allah atas izin Allah mimpi-mimpi hasil dari perpaduan mimpi-mimpi kecilku, akan mengejawantah menjadi mimpi besar dalam hidupku. “Inna Amruhu Idza Arooda syai’an, ayyaquulalahu KUN FAYAKUN”.( Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia). Aku tak boleh “mati” sebelum “mati”.


Ditulis oleh Lurihand@yahoo.com (Selasa, 10 Juli 2012 00:12 )
Sumber :
http://www.okisetianadewi.co.id/id/artikel/dari-sosd/124-bermimpilah-memeluk-bulan-sekalipun
 

Allah dan Orang Tua itu sehati (True Story)

Cerita ini adalah kejadian asli yang saya alami 3 tahun yang silam. Suatu keadaan dimana saya baru menyadari betapa pentingnya ridho orang tua sebelum kita melakukan sesuatu..


***


Kejadian ini bermula saat saya mulai beranjak kelas 3 SMA. Ketika itu saya ingin sekali naik motor berhubung teman-temanku banyak yang naik motor saat itu. Apalagi di sekolah nanti (waktu mau masuk semester 6) ada bimbel dalam rangka memperdalam materi ujian nasional, dan itu sampai sore. Maka ku niatkan bilang ke orang tua untuk dibolehin naik motor. 

Ayah saya ngebolehin saja tapi sayang ibu tidak ngebolehin. Entah apa yang membuatnya tidak rela aku naik motor, akhirnya kubujuk ibuku dengan berbagai cara. Akhirnya dibolehin walau sebenarnya ibu saya kurang ridho jikalau sekolah nanti naik motor. 

Hampir tiap hari sepulang sekolah aku belajar mengendarai motor, kalo nggak sama ayahku ya sama ibu latihan setiap sore. sekali dua kali, ngerti, sehari dua hari bisa, seminggu dua minggu, lumayan.

Akhirnya aku coba turun ke jalan. Biasanya aku ditemani ayah latihan motor, tetapi hari itu aku sendiri iseng-iseng latihan. ‘Ah udah ngerti ini’,batinku.

Karna saat itu sedang puasa jadi sembari nunggu waktu berbuka puasa aku jalan-jalan dengan motor sekalian latihan.

Biasanya cuma sampai lapangan saja, habis itu aku langsung pulang. Tapi tiba-tiba aku ingin lebih jauh lagi...
Akhirnya aku turun lagi sampai ke pasar di tempat kami. Rumahku dengan pasar kira-kira 2 km.

Saat aku akan memutar balik, naasnya gas ku tiba-tiba cepat dan…… wusssss….. motorku terbang, kaca motor pecah karna menabrak pipa PDAM (diameternya kira-kira 1 m). Saat ban motor depan menyentuh bibir jurang dalam pikiranku ‘Ya Allah, akankah ini hari terakhirku?’ ternyata…. Subhanallah, saat aku membuka mataku ternyata aku tersangkut di pipa PDAM itu. Ya Allah, bagaimana bisa aku tersangkut disini sedangkan tadi rasanya pipa itu menabrak kaca motorku?

Subhanallah, mungkin itu adalah pertolongan dari Allah untuk aku…

Alhamdulillah Allah masih memberiku kesempatan untuk melanjutkan hidup,,, untuk beribadah…masih diberi kesempatan meraih cita-cita

Rasanya kalau ingat kejadian itu aku selalu menangis,,,

Andai saja saat itu Allah berkehendak lain, bagaimana?

Saat melihat kondisi motorku yang rusak parah (jelas saja karna motorku terbang sejauh 15 m dan ketinggian 12 m dari bibir jurang) sedangkan aku ahamdulilah tidak kenapa-napa.

Semenjak kejadian itu setiap ku mau melakukan sesuatu, mau daftar kuliah,juga aku selalu minta do’a dan restu kedua orangtuaku.

Sampai aku bisa kuliah di kampus ini (baca : AMG Akademi Meteorologi dan Geofisika) itu juga tak lepas dari restu orang tua…

 ***

Keridhoan Allah tergantung kepada keridhoan kedua orang tua, dan murka Allah pun terletak pada murka kedua orang tua (HR. Al Hakim)




Ditulis oleh Niken Woropalupi (Jumat, 27 Juli 2012 05:27 )
Sumber : 
http://www.okisetianadewi.co.id/id/artikel/dari-sosd/142-allah-dan-orang-tua-itu-sehati-true-story-

Kala Mimpi yang Terkubur Bangkit Kembali Bersama Waktu

Dalam hening disepertiga malam, ada senyum dan ada tangis yang menghiasi renunganku. Waktu yang paling tepat untuk aku merasakan nikmat Allah yang begitu besar dalam perjalanan hidup yang pernah kurasakan berat dan pernah menghadirkan kesan bahwa Allah tak adil. Tapi setelah 8 tahun berlalu, baru kusadari bahwa aku salah dalam mengartikan pesan yang Allah sampaikan.
Delapan tahun yang lalu ketika aku duduk di kelas 3 SMA, putus asa sempat kurasa. Aku yang mempunyai cita-cita untuk masuk diperguruan tinggi Negeri dan mengambil jurusan MIPA Kimia harus menguburkan keinginan itu dalam-dalam. Alasan biaya yang membuat aku menghentikan langkahku.

''Ratih, ini ada formulir PBUD dari Universitas Mulawarman untuk siswa yang masuk 10 besar selama sekolah disini'' ucap guru BK dengan wajah antusias.
''Iya bu, Insya Allah'' jawabku singkat dengan penuh keraguan.
Aku ragu karena ketidakmampuan orang tuaku untuk membiayai kuliahku. Hingga keesokan harinya dengan memberanikan diri dan menahan tangis aku menghadap guru BK diruangannya untuk mengurungkan niatku. Berbagai cara dan nasihat diberikan kepadaku agar aku mau mengisi formulir ini. Meskipun yakin aku bisa masuk di Universitas itu tanpa tes,tapi aku tak yakin bahwa aku dapat membayar kuliah nantinya. Dengan berat hati aku tetap pada pendirianku untuk tidak mengikuti PBUD. Meski dapat kubaca gurat kekecewaan yang terlihat dari wajah guruku, tapi aku tidak boleh egois. Bagaimana mungkin aku dapat tenang belajar jika bayangan orang-orang rumah yang kekurangan selalu menghantuiku.
Satu tahun kulewati hariku hanya di dalam rumah, tanpa ada hal yang berarti. Dan untuk mendapatkan penghasilan aku menjadi tukang ojek tetanggaku yang duduk di TK. Yang paling membuatku sedih adalah ketika musim libur kuliah, dikala berkumpul bersama teman-temanku, mereka dengan semangatnya menceritakan pengalaman kuliah, sedang aku hanya duduk diam mendengarkan cerita mereka.

Tapi aku tak pernah berhenti berdoa, untuk kebaikan perjalanan hidupku. Meski aku sudah tidak berani bermimpi untuk menjadi sesuatu, tetapi aku masih berharap yang terbaik untuk hidupku. Dalam setiap doa, aku hanya meminta untuk menjadi orang yang bermanfaat untuk orang lain. Untuk keinginan menuntut ilmu aku terus berdoa agar Allah memberiku jalan untuk dapat kuliah dengan biaya sendiri.
Aku yang tak lagi memiliki cita-cita, menjadi orang yang tak tahu arah, yang hanya mengandalkan amarah dalam setiap masalah. Menjadi orang egois dalam rumah sendiri, menjadi pemberontak dalam aturan yang dibuat orang tua. Tapi aku tidak pernah berfikir untuk melakukan hal-hal negatif dalam keadaanku yang putus asa. Setiap apa yang kulakukan selama tidak melenceng dari aturan agama akan aku jalani meskipun mendapat rintangan dari orang tua. 
Hingga suatu saat, kakak ipar membawakanku sebuah formulir untuk mengikuti kuliah di Universitas Terbuka. Ketika ku lihat jurusan yang tertera disitu, spontan aku berkata
''Saya tidak mau kuliah disitu, karena saya tidak mau jadi guru''.
Tetapi dengan penuh keyakinan, tidak hanya orang tua dan kakak iparku, tetapi keluarga besarku memberi penjelesanan panjang lebar, akhirnya aku mau mengikuti. Aku hanya tidak mau menambah sakit hati orang tuaku dan mengecewakan keluarga besarku. Ketika itu pula aku mendapat tawaran untuk bekerja menjadi penjaga perpustakaan.
Kuliah kujalani dengan sungguh-sungguh, pekerjaanpun kujalani dengan penuh tanggung jawab. Meskipun keduanya adalah hal yang tidak ku suka, dan hanya kujalani sebagai bentuk tanggung jawabku kepada orang tua.

Selepas menyelesaikan D2 PGSD, aku mendapatkan tempat mengajar. Dan tepat ketika itu pula ada tes masuk di Universitas yang dulu menjadi impianku. Inilah saatnya aku beraksi, mengikuti tes dan dengan penuh harap untuk dapat masuk, jika masuk disini, aku tidak perlu memikirkan biaya kuliah, karena semua biaya ditanggung oleh pemerintah.
Sebulan setelah tes, ternyata namaku tidak ada pada jurusan PGSD. Aku pasrah atas keadaan ini, berarti Allah tidak menghendaki aku untuk dapat mengikuti program ini. Aku mulai mencari universitas lain, meskipun swasta, yang terpenting aku harus jadi sarjana dengan biaya kuliah sendiri. Tetapi saat awal kuliah kepala dinas menghubungiku bahwa aku masuk di jurusan Pendidikan Biologi. Sesuatu yang tidak aku suka, dan aku hindari, awalnya aku berniat untuk mundur, tetapi keluarga melarangku. Kujalani hari-hariku dengan penuh semangat meskipun tidak kusuka. Karena aku yakin ada rahasia Allah dibalik semua ini.

Sampai pada tahap pembuatan skripsi, dengan serius aku mengerjakannya. Alhamdulillah ketika seminar 1 aku mendapatkan nilai tertinggi di kelas. Sampai pada tahap ujian skripsi, aku dan 5 orang temanku menghadapi dosen dengan penuh percaya diri. Saat itu dari 3 jurusan hanya 6 orang yang bisa mengikuti ujian skripsi. Jurusan PGSD tersendat karena ada masalah di program studi. Jurusan Penjas masih pada tahap penyusunan proposal. Aku melangkah pasti dan dengan lancar menjawab semua pertanyaan-pertanyaan dosen. Ketua program studi menyatakan aku lulus dan berhak menyandang gelar S.Pd dibelakang namaku.
Butiran bening menitik di sela kedua mataku. Meskipun alirannya tak deras tapi cukup menggunjang tubuhku. Ku peluk teman-teman seperjuanganku, ku cium semua tangan dosen dan aku melangkah pasti dengan keberhasilanku. Dengan impian yang sempat kukubur 7 tahun yang lalu bersama ketidak mampuanku. Ku bawa kedua orang tuaku untuk menghadiri prosesi wisuda.

Dan 1 bulan setelah wisuda, ada pengumuman bahwa guru THL (Tenaga Harian Lepas) yang tidak memiliki ijazah S1, maka tidak dapat melanjutkan kontrak. Allahu Akbar, betapa indah rahasia Allah. Allah memberikan apa yang tidak aku suka tetapi aku jalani dengan sungguh-sungguh, hingga Allah memberikan hadiah indah untukku. Ternyata tidak ada salahnya mengikuti kehendak orang tua meskipun bertolak belakang dari keinginan kita. Sehebat apapun aku, sekuat apapun keinginanku dan sebesar apapun kemampuanku, tanpa ridho orang tua, mungkin hidupku tak akan setenang saat ini.
Kini aku mengikuti program pascasarjana jurusan Manajemen Pendidikan, yang sebenarnya juga belum aku inginkan karena aku masih harus membiayai adikku yang kuliah. Tetapi ini jalan yang diberikan oleh Allah. Aku harus menjalaninya karena Allah bersamaku. Janji Allah akan aku dapatkan karena semua akan indah pada waktunya jika kita menjalani sesuatu dengan bersungguh-sungguh, meskipun apa yang kita dapat tidak sesuai dengan doa yang kita panjatkan. Yang terpenting adalah istikharah setiap hari, saat ada pilihan ataupun tidak ada pilihan, dan mintalah yang terbaik untuk kehidupan.  Hal ini aku sadari setelah aku menemukan pada surah Al­-Baqarah ayat 216 yang artinya:

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”
Keluarga dan tetangga yang dulu menyepelekan aku. Aku yang hanya anak seorang penjaga malam disebuah perusahaan dan ibunya tidak bekerja. Yang mereka fikir tidak akan menjadi apa-apa karena kemiskinan, kini telah menjadi seseorang yang juga mempunyai profesi dan penghasilan. Perjalanan hidup membuatku menjadi manusia yang berusaha untuk kuat menghadapi terpaan hidup dan menjadi pejuang tangguh untuk diriku sendiri dan keluarga. Fitnah dan kucilan yang pernah aku alami membuat aku untuk berusaha merubah diri menjadi manusia yang terbaik, dan menjadi manusia yang berusaha agar bermanfaat untuk orang lain. Semoga mimpi-mimpi lain dapat ku raih bersama Ridho Allah.. Aamiin..



Ditulis oleh Ateh Mustika ( Minggu, 22 Juli 2012 00:00 )
Sumber : OSD